Mimih fahmiyah

Pagi tak seindah yang ku idam-idamkan dulu, nyatanya kita seatap namun pandanganmu tak setatap.

Allah SWT berfirman: غَافِرِ الذَّنْۢبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ الْعِقَابِ ذِى الطَّوْلِ ۗ  لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ  اِلَيْهِ الْمَصِيْرُ . "Yang mengampuni dosa dan menerima tobat dan keras hukuman-Nya; yang memiliki karunia. Tidak ada Rabb selain Dia. Hanya kepada-Nyalah (semua makhluk) kembali." (QS. Ghafir 40: Ayat 3) Ada banyak kehilangan yang dialami manusia dalam kehidupannya, kita pasti merasa betapa pedih jika sesuatu yang sangat kita sayangi di dunia ini begitu saja direnggut. Namun kita seringkali lupa, kadang kita tidak pernah sadar bahwa semua yang kita miliki kemarin, sekarang, ataupun nanti hanya sebuah titipan. Titipan dari Allah, Rabb kita untuk bekal kehidupan dunia yang fana ini, menuju kehidupan yang kekal di akhirat. Memang sangat sulit mengikhlaskan, padahal hati kita tahu bahwa itu bukan hak sepenuhnya milik kita. Terkadang kita sangat lihai dalam menasihati orang lain tapi kita sangat lalai untuk menasihati diri kita sendiri. Sekarang

Aku tahu bagaimana rasa kecewa ini menyeruak, dan terus menjalar ke dalam sendi-sendi tubuh dan hati. Sifat marah yang ingin selalu aku tunjukkan dan pertontonkan namun aku berusaha tetap bertahan untuk menahan. Bukankah kekesalan dan penyesalan itu datangnya hampir bersamaan? Walaupun pasti kekesalan datang lebih awal? Sampai detik ini aku masih berusaha untuk terus mengubur walaupun sifat kesal dan dengki ini terkadang muncul. Allah Rabbku yang Maha Sempurna, akan kutunjukkan bagaimana kelemahan ku yang selemah-lemah nya. Aku yang lemah hanya karena cemoohan manusia, padahal aku tahu Engkau hakim yang seadil-adilnya, padahal aku tahu semuanya yang dikerjakan manusia di dunia ini akan ada pertanggungjawabannya. Tapi sekali lagi aku lemah..

Bukan tentang dulu seberapa lambat kita bisa dekat, tapi ini tentang sekarang. Ketika Allah telah mentakdirkan kita hidup bersama diwaktu yang tepat.

Ragamu mungkin bisa berdusta, tapi jiwamu kehilangan separuhnya jiwa. Dia begitu terluka, sesak, hatinya begitu pilu, hanya dia yang mengerti bagaimana tidak bergairahnya menjalani hari. Kehilangan yang belum sempat lahir, dan hadirnya yang hanya sebatas mampir :')

Teruntuk masa lalu... Berbahagialah kamu dengan pilihanmu sekarang, aku tak pernah menyesal telah mengenal dan pernah menjalin suatu hubungan denganmu, walaupun di dalamnya ada banyak rasa sakit dan sedikit kebahagiaan yg pernah kau tumpahkan di hariku. Biarkan lah rasa sakit itu cukup kau berikan hanya untukku dulu , semoga tak kau ulang dengan pilihanmu yang sekarang , berikanlah kebahagiaan yang pernah kau beri untuk ku dulu  kepada pilihanmu yang sekarang. Berbahagialah seperti aku disini dengan kebahagiaanku (suamiku).